Keterbatasan Signal Komunikasi, Pardomuan Nauli Butuh Tower BTS

Dusun Dua Desa Pardomuan Nauli, membutuhkan Tower BTS. Foto: D|dingot turnip

Desa Pardomuan Nauli berharap, Perusahaan Komunikasi sangat pantas membangun tower Base Transceiver Station (BTS) untuk infrastruktur telekomunikasi yang dapat memasilitasi komunikasi nirkabel antara perangkat komunikasi dan jaringan operator di desa itu.

GUBUK kayu setengah dinding berukuran 2 x 2 meter hampir tak pernah sepi dari manusia. Persis di sebelah lapo (warung) milik pak Manalu. Beragam usia memilih duduk di sini secara bergantian. Bahkan giliran anak SD pada jam pulang sekolah bakal berebut tempat ini.

Rupanya di gubuk ini titik signal ponsel terkuat dari sekian luas Dusun Satu dan Dusun Dua atau lebih dikenal dengan Dusun Lumban Naganjang atau Panangkohan, Desa Pardomuan Nauli, Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Warga memilih duduk di gubuk ini untuk memelototi layar ponsel mereka untuk waktu yang lama.

Bacaan Lainnya

BACA JUGA: Perhatian Sepi di Pardomuan Nauli

Sedangkan untuk sekadar berbalas WhatsApp atau panggilan telepon bisa dilakukan di depan lapo. “Sepintas memang, orang sini tampak sombong jika bertelepon, suaranya keras-keras sambil jalan ke sana kemari. Itu gerakan tubuh tanpa sadar karena sambil mencari-cari signal saat bertelepon,” sebut Jabaris Turnip, warga Desa Pardomuan Nauli yang lagi ngopi di lapo itu.

Saat kunjungan Tim Mediadelegasi, Selasa lalu, keterbelakangan kampung itu terurai rinci. Merana di ‘negeri indah kepingan surga’ menjadi sebuah hipotesa. Kampung penghasil kopi ini harus membutuhkan perhatian dari pemerintah. Kekeringan di saat sebulan saja tak diguyur hujan, badan jalan yang terjal licin bagai anak sungai di musim hujan, hingga persoalan fasilitas kesehatan yang terabaikan dari hak warga desa.

Kepala SDN 37 Pardomuan Nauli Melda Kusuma Jaya Sinaga pun tak kuat menutupi masalah yang kerap dihadapinya dalam merespon kebijakan Dinas Pendidikan terhadap istilah Satu Data.

“Jelas, kalau di rumah sekolah tidak ada signal ponsel, yang menjadi perangkat wajib untuk menjalankan aplikasi Satu Data Sekolah memerlukan signal ponsel,” ungkap Melda Kusuma.

Diapun sedikit mengulas cerita saat proses belajar mengajar yang hanya bisa dilakukan secara virtual alias dalam jaringan (daring) dilarang bertatap muka dengan siswa pada terpaan pandemi Covid-19 yang lalu.