Kebakaran Lereng Gunung Pusuk Buhit, Wilmar Simandjorang Kecewa

Kebakaran Lereng Gunung Pusuk Buhit, Wilmar Simandjorang Kecewa
Kebakaran di Hotan Konservasi Lereng Gunung Pusuk Buhit sebelah Barat, Desa Hutaginjang, Sagala, Kecamatan Sianjur Mulamula, Samosir itu bagai tak bisa teratasi.Foto: D|Ist

Medan-Mediadelegasi: Api kembali merambat hutan konservasi di Kawasan Danau Toba. Peristiwa bagai langganan tahunan ini menuai kekecewaan Tokoh Senior Kabupaten Samosir, Dr Wilmar E Simandjorang Dipl Ec MSi. Lereng gunung Pusuk Buhit sebelah Barat yang ditanaminya sejak Tahun 2012 ini mengalami kebakaran sejak pertengahan Mei 2022.

Kepada Mediadelegasi, Kamis (26/5), Wilmar Simandjorang, Koordinator Bidang Edukasi, Penelitian dan Pengembangan BP Toba Caldera Unesco Global Geopark (UGGp), mengaku tak sanggup menyimpan keluhanannya. “Hampir setiap tahun kawasan konservasi ini dibakar. Ya… bukan terbakar, tapi dibakar,” katanya.

BACA JUGA: Keteladanan Pejabat Diperlukan Membangun Kawasan Danau Toba

Bacaan Lainnya

Kebakaran, katanya, mengancam pohon khas lokal dan pohon berbuah di Lereng Sibuhit.  Pohon ingul, bittatar, beringin, jabijabi dan pohon pelindung sengon. “Kini api telah memanggang ratusan pohon aren, pohon berbuah jenis mangga, durian dan lain-lain,” ujarnya.

Kerinduan konservasi di lereng Sibuhit khususnya, menurut Simandjorang, betapa memilukan. “Danau Toba nan Indah itu terus saja menjerit tanpa kepedulian dan perhatian yang serius semua kalangan,” ulasnya.

Kebakaran hutan di Lereng Gung Pusuk Buhit sebelah Barat, Desa Hutaginjang, Sagala, Kecamatan Sianjur Mulamula, Samosir itu bagai tak bisa teratasi. “Kebakaran sudah berulang kali, tetapi dilapor kepada pihak berkompeten, namun tak kunjung berhasil menyeret kasusnya ke ranah hukum, karena pelakunya tak kunjung berhasil diseret,” ketusnya.

Simandjorang menanami pohon di Lereng Gunung Pusuk Buhit sebagai gerakan penghijauan kawasan Buhit dan dia harapkan sebagai percontohan untuk bukit-bukit lain di kawasan Danau Toba. “Lereng Sibuhit merupakan limpasan permukaan (runoff) air hujan menuju Danau Toba,” jelasnya.

Posko Pengawasan

Sekelumit menutup keluhannya atas kebakaran hutan konservasi itu, dengan masih adanya konservasi yang berhasil karena kepedulian masyarakat sekitar membuat sekat api di musim kemarau khususnya. Antara lain di Sibulan yang ditanam Ibu Iriana Joko Widodo, terus terawat.

Lebih jauh tentang modus pembakaran hutan Lereng Gunung Pusuk Buhit, Simandjorang mendeteksi modus pelakunya sebagai vandalisme. “Karena setiap tahun membakar namun tak tertangkap, sehingga menjadi kebiasaan. Jadi, ada semacam kesenangan bagi pelaku ketika melihat api merambat,” ungkapnya seraya menirukan dengan istilah di Samosir, mardarat darat (merambat ke atas).

Kemungkinan juga, motivasinya, berharap rumput tumbuh di bekas kebakaran untuk panganan ternak. “Tapi di situ kawasan itu tidak ada ternak,” katanya lagi.

Motivasi juga diduga untuk keperluan orang berkebun jagung. “Lahan kebun jagung lebih gampang mengerjakannya jika sudah dibakar.  Sialnya, justru api merambat ke area konservasi, karena tanpa galangan api,” ujarnya.

Wilmar E Simandjorang kembali mengutarakan solusi. Antara lain menuntut peranan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Samosir, dengan pembuatan dan pengaktifan posko pengawasan kebakaran hutan dan sosialisasi bahaya membakar hutan, khususnya pada jelang musim kemarau tiba.