Wilmar Bisnis Indonesia Gelar Seminar, Bahas Nasib Danau Toba

Wilmar Bisnis Indonesia Gelar Seminar, Bahas Nasib Danau Toba
Dr Wilmar Eliaser Simandjorang (dua kiri), saat menjadi pembicara Danau Toba sebagai Tengara Hidrosfer dan Buhul Keragaman Hayati Dunia, di Ruangan Auditorium kampus WBI Politekhnik, Senin (7/11). Foto: D|Nawir Siregar

Percut Seituan-Mediadelegasi: Wilmar Bisnis Indonesia (WBI) melaksanakan seminar mengusung tema  Danau Toba sebagai Tengara Hidrosfer dan Buhul Keragaman Hayati Dunia, di Ruangan Auditorium kampus WBI Politeknik, Senin (7/11).

Seminar menampilkan pembicara Dr Raymon Valiant, Dirut Forum Jasa Tirta I dan Dr Wilmar Eliaser Simandjorang, Manager Informasi Geopark Kaldera Toba Sigulatti Samosir dan Pemerhati Lingkungan.

Dr Raymon Valiant mengemukakan,  Danau Toba merupakan keajaiban ciptaan Tuhan yang sangat luar biasa.

Bacaan Lainnya

BACA JUGA: Kebakaran Lereng Gunung Pusuk Buhit, Wilmar Simandjorang Kecewa

Akibat letusan gunung yang menimbulkan keindahan dan kesuburan tanaman di wilayah itu.

Namun saat ini Danau Toba sedang tidak dalam keadaan baik baik saja.  Alasan dia, berdasarkan data yang dimilikinya sejak 1957 hingga 2016 debit air Danau Toba mengalami penurunan.

Selain itu pengaruh limbah perusahaan dan aktivitas manusia di kawasan Danau Toba turut menyumbang kerusakan, baik ditinjau dari kadar air yang samakin menurun juga debit airnya, sehingga banyak ikan khas dari Danau Toba saat ini nyaris tidak lagi ditemukan.

Menurutnya, perlu melakukan langkah, masyarakat untuk menjaga kadar dan air Danau Toba tidak semakin menyusut dengan mengurangi dan mengolah limbah dan menanam kembali lahan lahan yang semakin menggundul.

Harus dengan Hati

Dr Wilmar E Simandjorang mengatakan manjaga kelestarian Danau Toba harus dengan hati. “Jika kita tidak mau Danau Toba punah dan tinggal kenangan,” ujar Wilmar di hadapan mahasiswa, akademisi Wilmar Bisnis Indonesia dan para undangan.

Lihat saja, katanya, saat ini kita jarang menemukan spsies ikan yang merupakan khas dari Danau Toba, seperti ikan pora-pora dan lainnya,” katanya.

Dia menceritakan masa kecilnya yang dahulu pernah berenang dan meminum air  langsung dari Danau Toba. Sekarang, katanya, air Danau Toba sudah tercampur dengan limbah baik dari masyarakat maupun perusahaan yang mangakibatkan kadar air semakin menurun.

Dia pun menyebutkan, menjaga Danau Toba jika tidak dimulai dari sekarang maka akan menjadi kenangan.

“Betapa pentingnya Danau Toba itu kita selamatkan, Unesco saja memperhatikannya, harusnya putra daerah memberikan perhatian lebih,” ujarnya.

Wilmar mengungkapkan, Danau Toba bukan hanya milik orang yang tinggal di wilayah Danau Toba, tapi Danau Toba milik kita semua yang setiap orang wajib untuk menjaga dan merawatnya.

Dari data yang dimilikinya ada ratusan sungai yang mengalir tetap dan musiman yang saat ini banyak yang sudah mati akibat ulah manusia yang kurang memperhatikan dan tidak peduli dengan Danau Toba.

Dia juga mengatakan, banyak program penghijauan di kawasan Danau Toba hanya sebatas seremonial. “Setelah bibit ditanam, ditinggalkan begitu saja tanpa ada perawatan sehingga bibit yang ditanam pun layu sebelum berkembang,” ujarnya.

Dia menganalogikan dengan nasihat orangtua. “Untuk apa lebar-lebar tapi robek lebih bagus kecil kecil tapi menggigit,” sebutnya.

Dia mengingatkan, agar bibit yang ditanam di kawasan Danau Toba harus dirawat walaupun sedikit, dari pada banyak ditanam tapi tak diperhatikan kelanjutannya. D|Med-104