Waktu ‘Kedatangan Maling’ di Kampung-kampung Batak-Toba

Waktu ‘Kedatangan Maling’ di Kampung-kampung Batak-Toba
Ilustrasi. Foto:pojoksatu.id

“Ise na di harbangan borngin on? (Siapa yang jaga gerbang malam ini?). Itu kalimat yang rutin dicetuskan setiap hari menjelang malam bagi kalangan penduduk atau warga di setiap desa kawasan Tanah Batak Toba (Tapanuli) dulunya, guna mengawasi kedatangan maling, terutama bagi mereka yang terbilang punya harta kekayaan menurut strata dan standar kehidupan tempo dulu seperti ternak-ternak di kandang, beras di lumbung padi, emas perak dalam rumah, dan lain-lain.

Setiap malamnya, gerbang di setiap kampung wajib dijaga oleh para petugas ronda dan jawara setempat. Bagi desa-desa yang tergolong bersahaja, petugas jaga malamnya cukup dari kalangan jawara dan pemuda desa (naposo). Sementara, bagi desa-desa yang terbilang ‘elite’ pada zamannya dan memiliki pemimpin kampung (Raja Huta) atau Raja Bius, petugas jaga malamnya terdiri dari kalangan pengawal dan pengamanan kampung (ulu balang) yang dibekali ilmu bela diri (mossak) bahkan ilmu kesaktian tertentu.

Setiap desa, dulunya, hanya punya satu pintu gerbang (harbangan) untuk keluar masuk warga maupun para tamu atau pendatang dari desa lain. Tapi yang jelas, pentingnya fungsi harbangan yang diwajib dijaga para petugas ronda kampung itu, mengindikasian bahwa maling-maling atayu panangko itu pada umumnnya datang dari tempat atau kampung lain. Bah.