Rodiah Rahmawaty Lubis Dikukuhkan Sebagai Guru Besar USU

Medan- Mediadelegasi: Prof. Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked (Oph) SpM(K), dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap Universitas Sumatera Utara (USU) dalam bidang Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Rabu (10/3).

Pengukuhan dilakukan pada Rapat Terbuka Senat Akademik oleh Rektor USU Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, didampingi Ketua Dewan Guru Besar USU Prof. Dr. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH.

Prof. Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph)., SpM(K), merupakan salah seorang dosen tetap pada Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran USU, yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua Program Studi Magister Kedokteran Klinik. Prof. Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph)., SpM(K), yang lahir pada tanggal 17 April 1976 merupakan anak ke empat dari 6 orang bersaudara, puteri pasangan Prof. dr. H. Bachtiar Fanani Lubis, Sp.PD-KHOM dan  dr. Hj. Adelina Hasibuan,Sp.M

Bacaan Lainnya

Ia mendapatkan gelar Konsultan di bidang Rekonstruksi, Onkologi dan Okuloplasti, Kolegium Ophthalmologi pada tahun 2016 dan meraih gelar Doktor pada tahun 2013. Selain itu, Prof. Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph)., SpM(K), saat ini juga menjabat sebagai anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia(PERDAMI), Indonesia Society of Ophthalmic Plastic and Reconstructive Surgery(INASOPRS), Asia Pasicific of Ophthalmic Plastic and Reconstructive Surgery (APSOPRS) serta Pengurus di Lembaga Kesehatan Masyarakat DPD KNPI SUMUT.

Dalam kesempatan itu, Prof. Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Lubis, M.Ked(Oph)., SpM(K), menyampaikan pidato pengukuhannya yang berjudul “Tantangan Layanan Okuloplasti Dalam Memperbaiki Fungsi dan Kosmetik Pada Mata di Era Globalisasi”.

Pada bagian awal pidato pengukuhannya, Prof. Dr. dr. Rodiah Rahmawaty menjelaskan bahwa Globalisasi di berbgai sektor kehidupan mengarah pada pasar bebas, tidak dapat dihindari oleh negara-negara anggota World Trade Organization (WTO) termasuk Indonesia. Era Globalisasi dapat mengakibatkan batas negara semakin pudar, sementara kemajuan teknologi dan informasi berkembang sangat pesat.

Indonesia Sebagai negara berkembang dengan jumlah penduduk 270,2 Juta jiwa dapat menjadi pasar yang potensial bagi negara-negara lain di dunia dalam hal pelayanan Kesehatan di era ini, dibutuhkan up grading  ilmu terus menerus di bidang ilmu kedokteran jika kita tidak ingin tergerus oleh arusnya Era globalisasi ini.

Katanya, Perkembangan teknologi informasi semakin mempermudah masyarakat dalam mencari informasi mengenai Kesehatan. Setiap orang dapat mencari tahu terlebih dahulu diagnosis dan penatalaksanaan penyakit yang dirasakannya di interner, walaupun belum tentu tepat. Sehingga pasien menjadi lebih kritis Ketika berhadapan dengan dokter secara langsung. Tantangan ini menuntut tenaga dokter untuk meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan, tidak terkecuali bagi dokter mata okuloptasi.

Lebih lanjut dikatakan Prof. Dr. dr. Rodiah Rahmawaty Okuloplasti atau bedah plastik mata merupakan tindakan untuk merekonstruksi Kembali penampilan mata pasien yang mengalami perubahan akibat hal, seperti trauma, tumor, proses penuaan , dan sebagainya. Okuloplasti juga dapat dilakukan pada orang normal yang ingin memperbaiki penampilan mata agar terlihat lebih indah dengan fungsi yang baik. Beberapa layanan okuloplasti yang sering dilakukan antara lain: okuloplasti kelopak mata, pembuangan seluruh atau Sebagian isi rongga orbita, tumor dan sistem lakrimalis.

Katanya, Tantangan layanan okuloplasti pada koreksi ptosis adalah mendapatkan hasil koeksi ptosis yang optimal dengan mengembalikan posisi kelopak mata pada posisi yang normal sehinggatidak mengganggu lapangan pandangan bagian atas, menghindari komplikasi paska tindakan koreksi seperti undercorrection dan mendapatkan tampilan simetris pada kedua mata untuk meningkatkan kosmetik pasien. Hal ini tentunya didapat dengan melakukan pemeriksaan yang cermat dan presisi preoperasi, pemilihan prosedur yang tepat, pelaksanaan operasi dengan hati-hati durante operasi dan perawatan berkesinambungan paska tindakan operasi.