Ritual Gondang Mandudu Bersama Pastor Belanda

Ritual Gondang Mandudu Bersama Pastor Belanda
In Memoriam 35 Tahun Amin Aloysius Turnip. Foto: D|Ist

“Aktivitas mendiang ayah sebagai pengiring dalam ritual Gondang Mandudu, kedekatan dan kebersamaan dengan Pastor Guido de Vet OFMCap asal Belanda”

In Memoriam 35 Tahun Amin Aloysius Turnip BA pada 27 September 2022, Ir Mandalasah Turnip SH anak ke lima dari sebelas bersaudara mendiang Amin Aloysius Turnip sedikit menguak kisah.

Dia pun mengungkap kisah dalam ingatannya atas aktivitas sang ayah sebagai pengiring dalam ritual Gondang Mandudu. “Waktu itu saya berumur enam tahun, belum masuk Sekolah Dasar karena belum tujuh tahun. Masih ingat dengan kedekatan dan kebersamaan mendiang ayah dengan Pastor Guido de Vet OFMCap asal Belanda (Pastor di Paroki Katedral Tahun 1961-1962),” sebut Mandalasah Turnip, Rabu (28/9), saat hendak bertolak dari Bandara Kualanamu Internasional menghadiri Rakernas KMDT di Jakarta.

Bacaan Lainnya

Menurutnya, peranan sang ayah hingga kini tidak tergantikan dalam kemampuan mengikuti ritual sangat sakral yang bisa membuat nyawa melayang. “Gendang Mandudu, sekitar tahun 70-an ritual mandudu mereka laksanakan di Huta Lintong, Huta Peajolo, Huta Siparapat, semuanya di wilayah Kecamatan Simanindo, Samosir,” katanya.

Memang katanya, dalam pelaksanaan ritual itu selalu ada para tungga ni huta (tokoh yang dituakan), pengurus gereja dan pastor. “Saya ingat itu Pastor Guido de Vet OFMCap,” kata suami Conny M Br Sagala SH MH ini.

Pada saat itu, kata Mandalasah lagi, dia masih bertanya-tanya dalam pikiran melihat aktivitas almarhum ayahnya dengan kesehariannya sebagai PNS guru Agama Katolik di SD Negeri dan SMP di Samosir.

“Ayah memang aktif membuat acara gondang mandudu, yang saat saya anggap cukup menakutkan, karena hanya dilakukan pada malam hari, lampu api (belum ada listrik) dipadamkan dan tak boleh berisik, harus benar-benar hening,” kenang Mandalasah atas keistimewaan mendiang ayahnya itu.

Tiap mandudu digelar, kata Mandalasah, pasukan musik etnik lengkap, termasuk sordam, ikut serta bersama massa. Prosesi dilakukan mengelilingi kampung dengan musik dan irama-irama khas.