Refleksi 17 Tahun Kabupaten Samosir

Oleh: Drs. Wilmar Eliaser Simandjorang, Dipl.Ec., Dipl.Plan., M.Si

(Penghijauan bersama rakyat di kawasan Ekowisata Hoetagindjang Pusuk Buhit, Aktivis Stephen Tong Evangelistic Ministries International (STEMI), Instruktur IPDN Jatinangor, Penjabat Bupati Samosir 2004-2005, Kepala Bappeda Toba Samosir 2000-2003, Kepala Balai Latihan Industri Sumbagut 1990-2000, Staf Khusus Ekonomi Sosial Otorita Asahan 1979-1984, 2000, Dosen Fak. Ekonomi UKI Jakarta 1984-1990, Penatar P4 BP7 DKI Jakarta 1979-1989, Asisten Peneliti di LIPI 1979).

Lahirnya Kabupaten Samosir

Bacaan Lainnya

Lahirnya Kabupaten Samosir dengan diundangkannya UU No. 36 Tahun 2003 tanggal 18 Desember 2003, diresmikan 7 Januari 2004, kemudian Penjabat Bupati dilantik tanggal 15 Januari 2004, dan resmi dilepas/dipajae dari Kabupaten Toba Samosir tanggal 26 Januari 2004. Kelahiran Kabupaten Samosir disambut masyarakat dengan gembira sampai ke pelosok desa-desa terpencil yang nan jauh di pegunungan di dataran Bukit Barisan dan di atas dan di pantai-pantai Pulau Samosir dengan sejuta harapan.

Paradigma dan Strategi Samosir Membangun

Dengan kerangka pikir manajemen strategis, menggunakan peralatan pisau analisis peluang dan tantangan (SWOT), berketetapan hati telah memutuskan paradigma kerja, yaitu “Samosir Membangun”, dengan kepemimpinan parhobas (stewardship), bentuk kelembagaan dirancang bangun dengan ramping struktur kaya fungsi sesuai potensi dan beban kerja yang cukup hanya 12 eselon 2, dan diisi dari pegawai yang tersedia dan dilantik secara definitif, mengedepankan dan serta digerakkan oleh misi (mission driven), bukan oleh anggaran semata (budget driven), anggaran Kabupaten/Provinsi/Pusat hanya sebagai penunjang semua kegiatan mulai dari kegiatan pemerintah, masyarakat, lembaga sosial masyarakat (LSM) serta dunia usaha. Pemerintah adalah pengarah/paniroi-panggomgomi bukanlah panggorga (steering than rowing). Kunci keberhasilan kebijakan dan program terletak pada pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholder).

Strategi dasar kebijakan Samosir

Membangun mengacu kepada: peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tangguh meliputi emosi, spiritual dan intelektual (ESQ), dengan pembangunan berkelanjutan, pembangunan bersifat inklusif dan berdimensi kewilayahan. Mengintegrasikan dan menyatukan potensi-potensi ekonomi yang ada menjadi satu kesatuan geoekonomi regional dan nasional serta internasional, dengan mengutamakan pengembangan ekonomi-ekonomi lokal.

Menjaga terwujudnya keserasian antara pertumbuhan dan pemerataan yang berkeadilan. Strategi pembangunan berpedoman pada keberpihakan terhadap pertumbuhan ekonomi, pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dan pelestarian lingkungan. Menyediakan infrastruktur yang memadai, dimana secara rinci telah dimuat dalam Rencana Stratejik Samosir Membangun 2004-2005.

Tahapan Pembangunan dan Infrastruktur Pendukung

Pola pikir untuk Samosir Membangun tahapannya: Pertama, jangka pendek yang harus terlebih dahulu dilakukan adalah mengisi perut rakyat, yakni mengembangkan pertanian khas lokal yang sudah turun temurun dikuasai oleh masyarakat dengan hortikulturanya. Kedua, dalam jangka menengah masuk ke perkebunan dan tanam-tanaman konservasi lingkungan yang sekaligus hasilnya dapat menambah pendapatan rakyat dan barulah kemudian masuk ke industri pengolahan hasil pertanian untuk menaikkan nilai tambah. Ketiga, berjangka panjang masuk ke industri jasa khususnya industri pariwisata yang potensinya melimpah yang merupakan berkat Tuhan yang luar biasa kepada rakyat Samosir. Tahapan -tahapan di atas harus dilalui sehingga masyarakat Samosir tidak tercabut dari akar budaya dan kearifan lokal.

Infrastruktur sangat diperlukan, yaitu: (1) Infrastruktur keras fisik (physical hard infrastructure), yaitu; jalan raya, rel kereta api, bandara, dermaga dan pelabuhan, bendungan dan saluran irigasi, dan sebagainya; (2) Infrastruktur non fisik (non physical hard infrastructure) yang berkaitan dengan fungsi utilitas umum, ketersediaan air bersih berikut instalasi pengolahan air dan jaringan pipa penyaluran, pasokan listrik, jaringan telekomunikasi (telepon, internet), pasokan energi dan berikut jaringan distribusinya; (3) Infrastruktur lunak (soft infrastructure) yang mencakup kelembagaan yang meliputi berbagai nilai: termasuk agama, budaya, etos kerja, norma (peraturan adat, peraturan hukum, peraturan daerah), kualitas pelayanan umum yang disediakan oleh berbagai pihak  terkait, khususnya pemerintah.

Dalam jangka pendek difokuskan pada pembangunan infrastruktur lunak, yaitu tersedianya SDM yang handal dan berkarakter kuat dengan berlandaskan nilai-nilai budaya dan agama, untuk menggali potensi dan memanfaatkan peluang-peluang yang tersedia khususnya bidang kepariwisataan. Kelembagaan dan kearifan lokal diberdayakan dan dikelola secara profesional, diantaranya kelompok tani perlu ditumbuhkembangkan mulai dari sistem, kelembagaan dan manajerial, peralatan, pemasarannya, terutama dalam mengembangkan wawasannya.

Kegiatan pembangunan jangka menengah adalah dengan memantapkan infrastruktur fisik dan non fisik melalui perhatian khusus pada pembangunan jaringan jalan lingkar dalam yang mantab dan membuka akses antar kecamatan dan antar desa. Segeranya dibangun jaringan jalan lingkar luar untuk membuka keterisolasian Samosir dengan menghubungkan daratan mulai dari Sitio-tio ke Sianjur Mula-mula sampai ke perbatasan Silalahi untuk meperlancar arus barang/jasa, dan manusia/wisatawan yang datang via Kabupaten Dairi dan Karo, khususnya menarik pengunjung Brastagi turun ke Samosir.

Kemudian jangka panjang adalah membangun jembatan penghubung Sigapiton ke Sirungkungon dengan menggandeng putra-putri Samosir dan investor asing dengan win-win solution antar pihak. Dan lebih lanjut memanfaatkan Danau Toba sebagai landasan pendaratan pesawat amfibi untuk wisatawan sehingga tidak memerlukan investasi yang besar untuk bandar udara.

Akhirnya dengan tahapan pembangunan seperti di atas dan didukung penyediaan infrastruktur penunjang yang memadai dapat mewujudkan “Samosir sebagai salah satu destinasi wisata terdepan di dunia”.

Sudah 17 Tahun, dimanakah Samosir ?

Untuk mewujudkan pembangunan Samosir sesuai dengan fondasi yang telah diletakkan 17 tahun yang lalu, tentunya sudah banyak hal telah direncanakan dan sudah banyak pula yang dikerjakan, sehingga apa yang telah dicapai selama Tujuh Belas Tahun  yang sudah memasuki tahapan jangka panjang, secara legal formal dapat dijawab dengan angka-angka pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, indeks pembangunan manusia, indeks ketimpangan Gini, pendapatan asli daerah, penurunan angka kemiskinan, pengangguran, dan lain sebagainya.

Bila kita ingin mengetahui keakuratannya dan korelasinya terhadap kesejahteraan masyarakat Samosir. tentu diperlukan kajian kebijakan dengan analisis ekonometrika yang lebih mendalam.

Sebanyak 15 pertanyaan mendasar yang menyangkut pemenuhan kesejahteraan masyarakat Samosir perlu dijawab secara kuantitatif maupun kualitatif setelah 17 Tahun usia Kabupaten Samosir, diantaranya:

(1) Bentuk kelembagaan dan gaya kepemimpinan yang melayani sebagai parhobaskah? (2) Pembangunan sudah direncanakan dengan matang dan dilaksanakan dengan tepat waktukah? (3) Sudahkah semua pemegang kepentingan terlibat aktif (tidak hanya menjadi penonton)? (4) Infrastruktur keras dan lunak sudahkah tersedia sesuai kebutuhan? (5) Bahan-bahan hasil pertanian (lagu kebanggaan masyarakat Samosir: gok disi hassang, eme nang bawang, rarak do pinahan didolok i) termasuk tuak masih datang dari luar Samosirkah? (6) Uang hasil pembangunan masih banyakkah mengalir ke luar Samosir untuk belanja barang hasil pertanian dan tenaga kerja? (7) Masihkah terjadi kemacetan pada musim Natal dan Tahun Baru di Tomok? (8) Jalan-jalan/fasilitas ke objek wisata sudahkah mulus? (9) Sarana pendidikan sudah tertatakah dan guru-guru/murid-murid sudah bergembira ria dalam proses pembelajaran? (10) Sejauh mana tersedia air untuk pertanian dan air untuk keperluan rumah tangga? (11) Seberapa banyak rumah tangga yang sudah mempunyai MCK yang layak? (12) Masihkah kerbau mandi dan masyarakat mencuci pakaian dan membuang sampah di Danau Toba? (13) Bagaimana keadaan Kabupaten Samosir seandainya jika dibandingkan dengan Kabupaten Serdang Bedagai sebagai saudara kembar Kabupaten Samosir? (14) Sudah berada dimana pencapaian Visi Kabupaten Samosir “menjadi daerah tujuan wisata lingkungan yang inovatif”? (15) The last but not the least, pertanyaan kunci ialah sejauh mana rakyat mencintai Samosir dan mengagumi pemimpinnya? Selamat berulang tahun Samosirku dan Serdang Bedagai saudara kembarku.