Nisa, Jadi Istri Dosen Beranak Dua

Nisa, Jadi Istri Pengacara Beranak Dua
ilustrasi

NISA menyebutkan nomor ponselnya, meminta ayah dan emak berbicara melepas rindu dengannya. Sepulang sekolah, Nirma menceritakan tentang kakaknya di rumah. Namun ayah dan emak yang juga sudah sangat merindu itu bingung, dengan apa menghubungi Nisa, sedangkan mereka tidak memiliki ponsel.

Lepas magrib, ayah dan emak Nisa pun memberanikan diri datang ke rumah pengusaha mantan kepala desa itu, disambut hangat sembari mempertanyakan apakah Nisa memerlukan lagi kiriman uang ke kota. Emak Nisa tersenyum. “Bukan mau mengutang pak, kami mau meminjam ponsel menghubungi Nisa,” sebut wanita penjual pecal keliling desa itu.

Sang pengusaha gagap teknologi ini juga rupanya tak punya ponsel. Yang ada ponsel anaknya. “Tono…. kau bawakan dulu hapemu ke mari,” sang mantan Kades itu memanggil putra sulungnya.

Secarik kertas catatan Nirma berisi nomor ponsel Nisa diberikan kepada Tono untuk menghubungi nomor itu. Namun berulangkali dihubungi tidak berjawab. Emak dan ayah Nisa sedikit kecewa, bermaksud melepas rindu sirna tanpa bahasa dari Nisa. Mereka pun pulang, apalagi sang ayah malam itu harus mengunjungi sawahnya yang rentan dibantai hama tikus saat jelang panen.

Tengah malam, Tono beraksi. Ingatannya terhadap keluguan Nisa sang bunga desa itu menerangi malam. Chatingan WApp mengganggui Nisa dianggap Tono gayung bersambut. Padahal Nisa sedang kecewa, gagal melepas rindu dengan ayah dan emaknya, karena saat dihubungi dia sedang mengajari anak dosennya mengaji.

Nisa menghadapi Tono dalam chating WApp itu tenang dan santun. Nisa berharap dapat berkomunikasi dengan ayah emaknya hanya melalui ponsel Tono. Pagi buta, Tono berbaik hati, menemui ayah dan emaknya Nisa. Melalui ponsel Tono, Nisa dengan ayah dan emaknya bercengkerama melapas rindu.