Menangkal Golput Pemilu 2024

Menangkal Golput Pemilu 2024
Yassir Husein Pardede, peminat sosial tinggal di Kecamatan Arse, Tapsel. Foto:dokumen

Alasan memilih Golput karena sejumlah urusan mendesak dan rutinitas mengais rezeki buat penghidupan rumah tangganya.

Kemudian, munculnya Golput sebagai aksi pesimisme akibat kekecewaan mendalam terhadap perjalanan demokrasi. Menilai partai peserta pemilu, caleg atau pasangan capres tidak sesuai dengan pilihan mereka.

Juga tidak menggunakan hak pilih secara sadar karena menilai Pemilu tak ada manfaatnya dan belum mampu mensejahterakan sesuai idaman rakyat.

Bacaan Lainnya

BACA JUGA: Panwaslu se-Kecamatan Arse Dilantik

Dari setiap musim Pemilu, sejumlah referensi mencatat rendahnya angka partisipasi pada tiga Pemilu terakhir. Pemilu 2019 angka Golput mencapai 34.756.541 jiwa dari jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) 192,77 Juta Orang. Artinya, Golput setara dengan 18,02 persen.

Kemudian Pemilu 2014, angka Golput mencapai 58.609.922 jiwa dari jumlah DPT 193.9 juta orang, setara dengan 30,22 persen. Sedangkan pada Pemilu 2009 mencapai angka golput 43.141.765 dari jumlah DPT 169.3 juta jiwa, atau sebanding dengan 25,48 persen.

Beranjak dari sejumlah angka rakyat yang memilih golput serta alasan yang diungkapkan sejumlah pengamatan maupun survei tersebut, penulis menawarkan sejumlah solusi, setidaknya diharapkan dapat meningkatkan angka partisipasi Pemilu Tahun 2024.

Adalah keterlibatan penyelenggara Pemilu secara konferhensip dan teknis menangkal golput. Berjuang keras dalam menabulasi DPT dan menempuh langkah penyampaian undangan pemilih kepada tiap warga dengan melibatkan personel hingga ke tingkat Pemerintahan Desa secara serius.

Memang, tiap warga yang terdaftar pada DPT tetap dapat menggunakan hak pilihnya pada TPS yang ditentukan dengan menunjukkan bukti diri berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) kepada petugas TPS.