Buku “Tarombo Raja Sitempang Anak Ni Raja Nai Ambaton” Diluncurkan

Kegiatan Peluncuran Buku Tarombo Raja Sitempang Anak Ni Raja Nai Ambaton di Pangururan
Kegiatan Peluncuran Buku Tarombo Raja Sitempang Anak Ni Raja Nai Ambaton di Pangururan

Buku ini juga disarikan dari berbagai buku serta tarombo, yaitu: Tarombo Si Raja Batak oleh Nahum Sidabutar (Tomok 1976),  Tarombo Nahoda Raja SimbolonTua Si Onom Hudon yang dibacakan  Raja Oloan Tumanggor pada Diskusi Tarombo Parna, Minggu,  8 Maret 2020 di Aula Fakultas Hukum Universitas Kristen Indonesia (FH UKI)  Jakarta.  

Tarombo tersebut sekaligus meluruskan dan membantah buku WM Hutagalung (Pustaha Batak,  Tarombo dohot Turi-turian ni Bangso Batak.1991.137) serta buku JC Vergouwen (Masyarakat dan Hukum Adat Toba) dan penulis lain yang mengacu kepada buku WM Hutagalung tersebut.

Dengan demikian bahwa Raja Sitempang tidaklah sama dengan Munte sebagaimana buku WM Hutagalung, dan Sitanggang, Sigalingging, Simanihuruk dan Sidauruk bukanlah keturunan Munte atau Munthe.

Bacaan Lainnya

Menguatkan argumentasi tersebut dimuat juga dua tulisan dalam buku ini,  yaitu tulisan: Jahaum Simalango dan  R Monang PSPH Munthe, tentang asal-usul Marga Munthe yang mana kedua penulis tersebut  sama sekali tidak mengaitkan Munte dengan Raja Sitempang, apalagi dengan Sitanggang, Sigalingging, Simanihuruk dan Sidauruk.

Fakta konkret juga dikemukakan  Juru Bicara Forum Komunikasi Munte Se-Indonesia pada Diksusi Tarombo PARNA, 8 Maret 2020 di aula FH UKI Jakarta, yang dengan tegas menyatakan bahwa Munte berasal dari Tambatua.

Untuk menguatkan bahan-bahan bahwa Anak Raja Nai Ambaton bukan enam, bukan lima atau empat, tetapi dua, yaitu Raja Sitempang dan Raja Nabolon, walau penyebutannya berbeda, oleh Nahum Sidabutar: Raja Sotempang; Tarombo Nahoda Raja Simbolon Tua Si Onom Hudon menyebut Sitanja Bau.