Kemudian menurut buku Batara Sangti (Sejarah Batak 1977.235) leluhur sukubangsa Tobatua adalah akibat “pengisolasiandiri sendiri” si Raja Batak dan kedua putranya Guru Tateabulan dan Raja Isumbaon beserta keluarganya di Pusuk Buhit.
Legenda-legenda tersebut dimuat secara terbatas dan menyerahkan kepada pembaca untuk menyimpulkannya, apakah nenek moyang Orang Batak lahir dari putri khayangan. Bahwa Si Raja Batak memperanakkan Guru Tateabulan dan Raja Isumbaon. Selanjutnya, Raja Isumbaon memperanakkan Raja Sorimangaraja, Raja Asiasi, Raja Songkar Somalidang.
Menurut Bachtiar Sitanggang, Buku Tarombo ini berdasarkan fakta dan data dalam buku-buku sebelumnya memuat: Bahwa Raja Sorimangaraja anaknya tiga, yaitu, Sorba Dijulu Raja Nai Ambaton yang juga disebut Sindar Mataniari, Sorba Dijae, Sorba Dibanua.
Sorba Dijulu/Nai Ambaton anaknya dua, yaitu Raja Sitempang dan Raja Nabolon. Raja Sitempang anaknya dua, yaitu Raja Hatorusan dan Raja Natanggang (Raja Pangururan).
Raja Natanggang/Raja Pangururan anaknya Raja Panukkunan (Tanjabau) kemudian menjadi Sitanggang Bau, Raja Pangadatan dan Raja Pangulu Oloan/Raja Sigalingging.
Raja Panukkunan/Sitanja Bau atau Sitanggang Bau anaknya dua, adalah Raja Sitempang (mengambil nama Ompungnya) dan Raja Tinita.