Bobby Afif Nasution: Kaum Milenial Perlukan Wadah Penyaluran Bakat dan Keterampilan

Bobby Afif Nasution: Kaum Milenial Perlukan Wadah Penyaluran Bakat dan Keterampilan
Bobby Afif Nasution (ketiga dari kiri). Foto:D|Ist

Medan-Mediadelegasi: Siapa yang tak kenal Bobby Afif Nasution. Tokoh muda yang juga menantu Presiden RI Joko Widodo ini, Rabu (14/10), menyambangi studio mini Podcast Delegasi, di Medan.

Dalam kunjungan silaturahmi itu, Boby mengatakan pemberdayaan kaum milenial sangat berpotensi di Kota Medan.

“Melalui berbagai even kesenian, keolahragaan, budaya dan fasilitas untuk orang-orang muda yang kini akrab dengan dunia internet,” ujarnya.  

Bacaan Lainnya

Menurutya, internet gratis bisa sediakan, kemudian gelanggang olahraga yang merupakan wadah kaum milenial untuk menyalurkan bakat dan keterampilannya. “Ini belum maksimal tersahuti,” kata Bobby Afif Nasution.

Menurutnya, pembangunan terhadap fasilitas menampung bakat dan keterampilan milenial itu perlu dilakukan.

Terlebih, katanya, terhadap  penyelenggaraan kegiatan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut yang akan digelar 2024 mendatang Medan patut punya peran,” ulasnya.

Bobby juga melihat pembangunan di bidang sarana olahraga pun tak tersentuh atau tak terbangun.

”Seperti lapangan Kebun Bunga dan Stadion Teladan mulai dari dahulu hingga kini tak ada peningkatan pembangunan. Artinya kalau Medan berperan dalam PON XXI maka pembenahan sarana tersebut akan tersentuh,” katanya.       

Menurutnya, jika Medan punya peran dalam pelaksanaan PON XXI, ekonomi pun turut meningkat, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) juga bisa naik.

Terkait sarana pembangunan, dia juga membandingkan dengan Kota Palembang. “Sedangkan Palembang saja bisa ikut menyelenggarakan kegiatan olahraga kelas internasional, yakni SEA Games pada tahun 2011,” paparnya.

Masih minimnya sarana olahraga, kata Bobby,  bakat dan keterampilan kaum milenial tak tersahuti, kreasi mereka terpendam. “Yang jago balapan malah jadi geng motor, karena mereka tak punya tempat untuk menyalurkan bakat,” jelas Bobby.    

Selain itu, tambah Bobby, untuk menyentuh bakat musik milenial juga bagai belum punya tempat di kota ini. Makanya, kata Bobby, hampir setiap ruang terbuka hijau dan tempat jajanan menjadi sasaran para musisi untuk menyalurkan bakat. “Silih berganti mereka bernyanyi di tempat-tempat keramaian,” tandasnya.

Bahkan seperti beradagium, Bobby juga menyinggung kalau rekaman di Kota Medan terkesan lebih mahal dibanding rekaman ke Singapura, sehingga mereka jadi memilih menyanyi di jalanan. “Ruang terbuka hijau memang harus dibangun apik sehingga bakat mereka juga dapat tersalurkan,” kata Bobby.  

Sebelumnya, Alexius Turnip salah seorang tokoh milenial mengatakan, bahwa selama ini kaum milenial seperti tak mendapatkan tempat. “Aspirasi mereka nyaris tak tersahuti,” ungkapnya.

Untuk itu, lanjut Alex, dia mengharapkan pemangku kebijakan patut memperhatikan aspirasi kaum milenial.

Sementara, tokoh ternama Kota Medan, Maruli Siahaan dalam paparannya mengatakan, kaum milenial ini memang perlu diperhatikan.

Mereka juga berharap, terang Maruli, bahwa Kota Medan harus berubah dan dapat meningkatkan kesejahteraan dan perkenomian masyarakat. 

Selain itu, Maruli juga menyinggung pembangunan jalan di Kota Medan yang belum maksimal, bahkan menjadi cibiran di tengah-tengah warga. “Kalau di Bandung lubang yang berjalan, di Medan jalannya yang berlubang,” sentil Maruli.

Begitu juga banjir, lanjut Maruli, di Kota Medan ini seperti sudah menjadi langganan setiap tahun, khususnya di musim penghujan. D|Med-41